Pai.umsida.ac.id-Adilatul Bilqis Annida, salah satu wisudawan dari Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FAI Umsida), menjadi sosok inspiratif yang patut dibanggakan. Lahir di Sidoarjo pada 26 Februari 2001, Adila—begitu ia kerap disapa—berhasil meraih gelar sarjana dalam waktu empat tahun dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Kesuksesan ini tidak hanya menjadi bukti kecerdasannya, tetapi juga mencerminkan ketekunan dan kerja keras yang ia tunjukkan selama menjalani masa studi.
Baca Juga:Mahasiswa FAI Umsida Terima Beasiswa S2 dari Ustadz Adi Hidayat untuk Studi di Luar Negeri
Perjalanan Akademik Penuh Prestasi
Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Adila mengakui bahwa perjalanan akademiknya dipenuhi dengan tantangan yang cukup besar, namun selalu disertai dukungan penuh dari kedua orang tuanya, H. Moch Rochim dan Hj. Isiyah. Ia merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang selalu memberikan semangat, yang menjadi kekuatan utama baginya untuk meraih prestasi di bidang akademik dan non-akademik.
Di tengah perjalanannya, Adila berhasil meraih salah satu prestasi yang sangat membanggakan, yaitu Juara 3 lomba Tartil Qur’an tingkat nasional pada tahun 2022, yang diadakan di Universitas Jambi. Keberhasilan ini tidak hanya mengharumkan namanya, tetapi juga membawa kebanggaan bagi keluarga dan almamaternya. Bagi Adila, pencapaian tersebut bukan hanya soal menunjukkan kemampuan di hadapan publik, melainkan sebagai bentuk dedikasinya dalam mempelajari dan memahami Al-Qur’an dengan lebih mendalam. “Saya sangat bahagia bisa membanggakan orang tua dengan pencapaian ini,” ungkapnya, menampilkan rasa bangga dan syukur atas keberhasilannya.
Menyeimbangkan Kuliah dan Pekerjaan di Luar Kampus
Menjalani peran sebagai mahasiswa seringkali menuntut keseimbangan antara waktu belajar dan aktivitas lainnya. Adila, yang juga memiliki tanggung jawab di luar kampus, memilih untuk lebih fokus pada studinya serta pekerjaan yang ia jalani di luar kampus. Keputusan ini membuatnya tidak terlibat dalam kegiatan organisasi kampus seperti kebanyakan mahasiswa lainnya. Namun, pilihan ini tidak menjadikannya kurang aktif atau kurang berprestasi. Sebaliknya, ia berhasil menunjukkan kemampuan manajemen waktu yang sangat baik.
Menurut Adila, pilihannya untuk tidak mengikuti organisasi kampus merupakan langkah yang ia ambil dengan pertimbangan yang matang. “Saya memilih untuk tidak aktif di organisasi karena ada pekerjaan lain di luar studi,” jelasnya. Meski begitu, Adila memastikan bahwa setiap tugas perkuliahan selalu selesai tepat waktu. Prinsip disiplin menjadi pegangan utamanya dalam mengatur waktu. Ia memanfaatkan waktu luang seefektif mungkin untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik, sehingga tidak ada yang tertunda. Baginya, kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk tidak menunda pekerjaan dan selalu berusaha memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan maksimal.
Menjalin Hubungan dan Memperluas Wawasan
Walaupun tidak aktif dalam kegiatan organisasi kampus, Adila tetap memiliki banyak teman yang memberinya ruang untuk bertukar ide, berbagi pandangan, dan menambah wawasan. Ia percaya bahwa relasi dengan teman-teman sekelas sangat penting dalam proses pembelajaran, karena melalui interaksi tersebut, ia bisa memperoleh berbagai perspektif baru yang memperkaya pengalamannya sebagai mahasiswa. Adila menilai bahwa hubungan yang baik dengan teman-teman sangat mendukung dalam memperluas wawasannya, terutama dalam bidang akademik, dan membantu membuka pemikiran yang lebih luas.
Prinsip Hidup Wisudawan Berprestasi
Selama perjalanan akademiknya yang penuh tantangan, Adila selalu berpegang teguh pada prinsip ketekunan dan kerja keras. Menurutnya, kesuksesan adalah hasil dari upaya yang dilakukan secara konsisten dan berkomitmen. Ia menyadari bahwa keberhasilan tidak datang dengan mudah dan memerlukan waktu, pengorbanan, serta dedikasi tinggi. “Setiap langkah kecil yang kamu ambil mendekatkanmu pada impianmu. Teruslah bergerak!” pesannya kepada mahasiswa lain yang sedang berjuang meraih mimpi mereka.
Pengalaman mengikuti lomba Tartil Qur’an di tingkat nasional juga memberikan kebanggaan tersendiri bagi Adila. Ia merasa senang bisa mewakili Umsida dalam ajang tersebut, yang menurutnya bukan hanya tentang mengasah keterampilan, tetapi juga memperluas jaringan dengan peserta dari berbagai latar belakang. “Saya senang bisa menjadi perwakilan perlombaan untuk Umsida dan mendapatkan banyak relasi ketika mengikuti kegiatan tersebut,” katanya. Pengalaman ini menjadi bekal berharga yang membentuknya menjadi pribadi yang lebih terbuka dan siap berkontribusi bagi masyarakat.
Baca Juga:Peran Agama dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja: Perspektif Psikologi Islam
Adila berharap bahwa kisah perjuangannya dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah. Bagi Adila, kesuksesan adalah hasil dari komitmen pada waktu dan ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan. Ia percaya bahwa siapa pun yang mau berusaha dan berkomitmen pada impian mereka, akan mampu meraih keberhasilan yang diimpikan. “Kesuksesan memang tidak datang dengan cepat, tetapi ketekunan dan kerja keras akan selalu membuahkan hasil,” pungkasnya dengan penuh keyakinan.
Penulis:AHW