Pai.umsida.ac.id – Di tengah berkembang pesatnya teknologi informasi, dunia maya telah menjadi ruang yang penuh dengan informasi yang sangat beragam. Namun, di balik kemudahan akses informasi ini, muncul tantangan besar terkait dengan keakuratan dan kebenaran informasi yang beredar. Di era post-truth, di mana emosi dan opini lebih sering menjadi dasar pembentukan realitas ketimbang fakta, pendidikan agama Islam menghadapi tugas penting dalam menyaring dan menyampaikan informasi yang benar, terutama bagi generasi muda yang lebih terpapar pada dunia digital.
Tantangan Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Informasi Palsu
Fenomena hoaks dan disinformasi sudah bukan lagi hal baru di dunia maya. Berita-berita palsu atau konten yang tidak terverifikasi sering kali menyebar dengan cepat, bahkan lebih cepat daripada fakta yang sebenarnya.

Ini menjadi tantangan besar dalam konteks pendidikan agama Islam, karena ajaran yang benar dan sesuai dengan nilai-nilai Islam harus disampaikan dengan jelas, akurat, dan tanpa distorsi.
Khususnya bagi generasi muda yang aktif dalam menggunakan internet, mereka sering kali menjadi sasaran mudah bagi penyebaran hoaks yang berkaitan dengan agama.
Misalnya, konten yang mengatasnamakan agama Islam namun tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis, atau interpretasi yang keliru terhadap suatu masalah agama.
Dampaknya, pemahaman agama yang benar bisa terganggu, dan munculnya radikalisasi serta pemahaman agama yang sempit.
Pendidikan agama Islam perlu berperan aktif dalam memberikan panduan yang jelas mengenai cara memilih informasi yang benar.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah memberikan literasi digital kepada siswa dan masyarakat.
Dengan literasi digital, mereka diharapkan mampu untuk mengenali mana informasi yang dapat dipercaya dan mana yang tidak.
Baca juga: Degradasi Moral Jadi Cermin Buram Era Digital, PAI Umsida Serukan Penguatan Karakter
Peran Guru dalam Menyaring Informasi di Dunia Maya
Dalam menghadapi era informasi yang penuh dengan tantangan ini, peran guru agama sangat penting.
Guru agama Islam tidak hanya berfungsi sebagai pengajar yang menyampaikan materi ajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang membantu siswa dalam menyaring informasi yang diterima di dunia maya.

Mereka harus mampu menjadi teladan dalam menyaring informasi yang benar dan menjelaskan kepada siswa bagaimana cara verifikasi informasi yang berkaitan dengan agama.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengajarkan metode evaluasi informasi kepada siswa.
Misalnya, dengan mengajarkan mereka untuk selalu memeriksa sumber informasi, apakah sumber tersebut dapat dipercaya, dan apakah informasi tersebut didasarkan pada fakta yang jelas.
Dalam konteks agama Islam, sumber yang sahih tentu saja adalah Al-Qur’an dan Hadis, yang harus dipahami dengan benar dan tidak disalahartikan.
Selain itu, guru juga harus memberikan contoh bagaimana berperilaku bijak dalam menggunakan media sosial, agar siswa dapat membedakan antara informasi yang sahih dan yang berpotensi merugikan.
Pembelajaran ini harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan agama Islam untuk membentuk karakter siswa yang kritis dan bijak dalam menyaring informasi.
Lihat juga: Dosen PAI Umsida Soroti Peran Etika dan Spiritualitas dalam Pembelajaran Hybrid
Pentingnya Kolaborasi Antara Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat
Tantangan besar dalam pendidikan agama Islam di era post-truth tidak hanya terletak pada kemampuan individu dalam menyaring informasi, tetapi juga pada keterlibatan pihak-pihak lain seperti orang tua dan masyarakat.
Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk membentuk pemahaman agama yang benar.
Orang tua harus berperan aktif dalam membimbing anak-anaknya untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas asal-usulnya.
Mereka perlu mendukung anak-anaknya dalam mengakses sumber informasi yang sahih dan terpercaya.
Masyarakat juga dapat turut berperan dalam membangun kesadaran akan pentingnya verifikasi informasi, terutama informasi yang berkaitan dengan ajaran agama.
Kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat akan memperkuat upaya pendidikan agama Islam dalam melawan disinformasi dan hoaks, serta menciptakan masyarakat yang cerdas dan paham dalam memilih informasi yang benar.
Pendidikan agama Islam di era post-truth menghadapi tantangan yang tidak mudah, namun bukan berarti mustahil untuk diatasi.
Dengan literasi digital, peran aktif guru agama, dan kolaborasi yang baik antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, kita dapat menyaring informasi yang benar dan membentuk generasi yang memahami agama Islam secara benar.
Melalui upaya bersama, kita dapat menjaga kemurnian ajaran agama dan mencegah penyebaran informasi yang dapat merusak pemahaman agama yang benar.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah